Menggugat Agama

https://www.theodysseyonline.com/science-vs-religion
https://www.theodysseyonline.com/science-vs-religion

Alkisah hiduplah Sains dan Agama. Kedua pemimpin dunia ini berusaha memperebutkan hati manusia melalui berbagai strategi hingga suatu hari Sains memilih untuk berkonfrontasi langsung dengan Agama. Sains pun meninggalkan laboratorium kediamannya untuk mengunjungi rumah ibadat, tempat di mana Agama menetap.

Sains:  Hey Agama, aku rasa ini saatnya kamu hentikan semua kebohongan kamu kepada umat manusia! Era kejayaan kamu telah berlalu, mundurlah secara gentle dari kehidupan umat manusia karena semakin lama kamu memimpin, semakin besar kerusakan yang kamu hasilkan pada dunia.

Agama: Eitss santai dulu kawan! Sejak kapan kita berada di pihak yang berlawanan? Bukankah selama ini kita selalu hidup berdampingan satu sama lain? Rasionalitas dan logikamu dalam penelitian justru mendukung klaim-klaim yang aku buat dalam kitab suciku.

Sains: Ya ya ya, argumen inilah yang selalu kamu katakan kepada umat manusia, seakan-akan kita tidak bertentangan satu sama lain. Kamu mengklaim satu hal secara serampangan tanpa metode ilmiah yang jelas di masa lalu. Kemudian, ketika segelintir penelitianku memang kebetulan cocok dengan beberapa klaimmu itu, kamu merasa bahwa semua klaimmu itu akan selalu cocok dengan penelitianku, meskipun sebenarnya tidaklah begitu. Kamu menanamkan delusi di otak manusia.

Agama: Coba kamu sebutkan, penelitian apa yang tidak sesuai dengan klaimku?

Sains: Mengenai penciptaan alam semesta. Kamu menyebutkan bahwa Tuhan itu ada, kemudian Ia menciptakan seluruh alam semesta. Kamu pun mengatakan bahwa manusia tercipta dari tanah. Hal ini sangat bertentangan dengan penelitianku tentang Big Bang sebagai awal mula alam semesta dan proses evolusilah yang membentuk manusia di masa ini.

Agama: Ok, kita bahas satu persatu. Soal keberadaan Tuhan, memang kamu belum mampu membuktikannya wahai Sains sahabatku. Tapi suatu saat nanti kamu akan menemukan buktinya, lalu klaimku menjadi benar. Di sisi lain, bukankah kamu juga tidak mampu membuktikan ketidakberadaan Tuhan? Lalu, mengapa kamu begitu yakin bahwa Tuhan tidak ada?

Sains: Inilah dasar perbedaan kita. Kamu mendasari semua pada iman yang tak berbukti, sementara aku mendasari semua pada bukti-bukti yang kuat. Tuhan yang kamu klaim sebagai ada itu berada di luar ranah metode ilmiah. Kenapa? Karena hal itu tidak bisa dibuktikan keberadaan maupun ketidakberadaannya sehingga itu hanyalah bualan kosong. Omong-omong di belakang kamu ada monster hijau besar, berambut gimbal dan sedang bermain gitar tuh!

Agama: Hah, di mana? Aku tidak bisa melihatnya, merasakannya, dan kupingku pun tidak bisa mendengar suara permainan gitarnya.

Sains: Ya memang begitu, monster hijau itu tidak bisa dilihat, dirasakan, ataupun didengar oleh kamu. Tapi aku percaya 100% bahwa dia ada di belakang kamu. Apa kamu meragukan imanku? Kenapa tidak coba kamu buktikan ketidakberadaan makhluk hijau besar ini?

Agama: Bagaimana cara aku bisa membuktikan ketidakberadaannya bila monster hijau ini memang tidak bisa dilihat, dirasakan, ataupun didengar olehku?

Sains: Kamu termakan oleh perkataanmu sendiri. Tuhan pun sama seperti monster hijau ini. Kita tidak bisa mengobservasinya karena Dia hanya sekedar klaim kosong tanpa bukti. Makhluk-makhluk ini hanyalah sebuah ilusi bila kita tidak bisa mengobservasinya dalam ruang lingkup metode ilmiah. Aku tidak bilang bahwa Tuhan kamu itu tidak ada, namun dalam ruang lingkup metode ilmiah saat ini, Dia memanglah tidak ada. Aku tidak sembarangan mengklaim bahwa Tuhan pasti ada. Berbeda dengan kamu, aku tidak sembarang mengklaim mengetahui sesuatu tentang sebuah misteri yang sebenarnya belum diketahui. Tenang saja, bila memang suatu saat ada bukti yang menunjukkan bahwa Tuhan ada, aku pasti akan mempercayainya.

Tapi, bagaimana dengan kamu? Evolusi telah membuktikan bahwa manusia tidak diciptakan dari tanah, kenapa kamu masih saja tidak mempercayai fakta evolusi itu? Apa kamu masih mau bilang bahwa metode sainsku saat ini belum cukup untuk membuktikan bahwa manusia diciptakan dari tanah? Namun, bukankah lebih baik kamu menerima suatu fakta yang telah terbukti? Proses evolusilah yang secara perlahan membentuk manusia. Di masa depan nanti mungkin laboratorium penelitianku akan menemukan fakta lain yang bisa saja menjungkirbalikkan teori evolusi ini, entah manusia berasal dari tanah ataupun mungkin muncul begitu saja dari api atau udara. Namun faktanya saat ini adalah manusia berasal dari proses evolusi. Begitu sulitkah bagi kamu untuk bersikap skeptis atas hal-hal yang belum terbukti kebenarannya?

Agama: Oke oke aku percaya fakta evolusi itu. Seperti yang kamu bilang, aku tidak akan mempercayai lagi hal-hal yang belum terbukti kebenarannya. Tapi, bukan berarti bahwa kitab suciku itu salah. Kisah Adam dan Hawa juga penciptaan manusia dari tanah hanyalah sebuah perumpamaan, sebuah kiasan, bukanlah kisah yang benar-benar terjadi.

Sains: Kamu memang pintar sekali mengelak. Dulu saat penelitianku belum mampu membuktikan fakta evolusi, kamu bilang kisah penciptaan manusia itu fakta yang benar-benar terjadi. Namun saat sekarang terbukti sebaliknya, kamu bilang itu hanyalah sebuah perumpamaan. Kamu sadar tidak bahwa kamu tidak bisa menyandarkan semua hal pada kitab suci? Kitab suci berkata bahwa manusia diciptakan dari tanah. Lalu kamu percaya itu karena kitab suci yang mengatakan itu. Kitab sucimu itu menurutmu pastilah benar. Lalu bagaimana bila terdapat kitab suci lain yang mengatakan bahwa manusia berasal dari udara dan orang lain percaya hal itu karena menurutnya kitab sucinyalah yang benar?

Agama: Tentu aku akan membandingkan kedua kitab suci itu berdasarkan bukti-bukti dan argumen-argumen logis, lalu memilih mana yang benar.

Sains: Sayangnya semua kitab suci tidaklah berdasarkan bukti-bukti dan argumen-argumen logis. Hanya penelitian ilmiahkulah yang mendasarkan klaim pada bukti-bukti dan argumen-argumen logis. Manusia tanpa disadari ingin mendasarkan semuanya pada metode sainsku, pada argumen dan bukti-bukti, bukan pada iman.

Agama: Lalu, bagaimana dengan bukti-bukti mujizat yang terjadi, di mana mereka melihat sebuah penampakan hal-hal suci atau sesuatu yang tidak bisa dinalar?

Sains: Sesuatu yang belum bisa dinalar saat itu, belum tentu tidak bisa dinalar. Manusia melalui panca inderanya mencerap sesuatu yang pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Kamu tau pareidolia? Ini adalah sebuah fenomena psikologis di mana pikiran manusia merespon sebuah stimulus acak, entah gambar ataupun suara, menjadi sebuah pola yang pernah ia kenal, meskipun hal itu setelah benar-benar diteliti tidaklah ada. Ada pula ilusi optik necker cube, di mana mata manusia melihat kubus yang sama dalam dua sudut pandang yang berbeda. Soal ini kamu bisa googling sendiri, karena apa yang kujelaskan hanyalah sepintas saja. Aku beri kamu juga link youtube yang menjelaskan bahwa manusia ternyata bisa melihat sebuah warna yang sebenarnya tidaklah berada di situ:

Jangan lupakan juga bahwa ada banyak penyakit mental seperti alzheimer dan skizofrenia yang bisa menyebabkan ilusi serta halusinasi.

Agama: Arghhh lupakan semua tentang bukti-bukti itu! Setidaknya kitab suciku berguna untuk tuntunan moral manusia. Nilai-nilai moralitas manusia berlandaskan pada kitab suciku.

Sains: Benarkah itu? Bukankah kitab sucimu itu mendukung perbudakan? Bahkan terdapat panduan apa yang harus budak lakukan terhadap tuannya dan sebaliknya. Sementara saat ini semua kalangan, bahkan para pemimpin agama pun menentang perbudakan. Mengapa para pemimpin agama ini tidak konsisten dengan apa yang tertulis di kitab sucinya? Apa gunanya kitab suci sebagai landasan bila akhirnya penganutnya hanya memilih bagian yang cocok dengan pemikirannya?

Perilaku LGBT saat ini masih ditentang oleh kaum agamawan, tapi bisa saja hal itu akan berubah di masa depan selayaknya perbudakan yang dulu diperbolehkan, namun saat ini ditentang. Pada akhirnya bila kamu mau jujur, manusia tidak melandaskan moralnya pada apa yang tertulis di kitab suci, namun dilandaskan pada penilaian rasionalitas zamannya. Sadarlah bahwa moralitas itu berubah seturut dengan zamannya, sementara kitab sucimu itu tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman.

Agama: Hey Sains, kamu harus akui komunitas agama mampu mengumpulkan sumbangan besar untuk kemanusiaan.

Sains: Oke aku akui bahwa komunitas agama mampu menggalang dana besar untuk program kemanusiaan. Tapi, apakah tujuan mereka di balik itu? Ujung-ujungnya mereka ingin orang yang mereka bantu menganut agama yang mereka percayai. Bukankah terdapat ketidakikhlasan di situ? Kamu pun jangan lupa bahwa ternyata uang hasil sumbangan diberikan juga untuk pendidikan calon-calon pemimpin agama dan pembangunan rumah ibadat yang mewah, yang sebenarnya tidaklah berguna. Calon pemimpin agama pada akhirnya hanyalah kepanjangan tangan dari dogma-dogma irasional yang tidak berlandaskan fakta, di mana rumah ibadat adalah tempat penyebarannya.

Manusia telah tersegmentasi dan pada akhirnya berkonflik karena ras dan kultur yang berbeda. Agama justru memperkeruh suasana itu. Orang tua mengecam anaknya bila memilih untuk tidak seiman dengan mereka. Mereka disekolahkan di sekolah yang siswanya beragama sama dengan mereka. Mereka dipaksa untuk menikahi mereka yang seagama. Kebiasaan ini terus diulang hingga generasi berikutnya. Bagaimana anak-anak bisa memahami perspektif lain bila mereka hanya dibaurkan dengan orang-orang yang seagama?

Agama: Mungkin kamu benar, Sains. Namun, manusia itu lemah. Mereka takut akan kematian. Mereka butuh pegangan akan kepastian, harapan dan kebahagiaan. Kitab suciku memberikan kebutuhan itu. Terdapat sebuah kepastian akan kehidupan setelah kematian yang bisa membawa mereka pada kebahagiaan sejati di Surga. Mereka pun tidak berbuat jahat karena ketakutannya terhadap neraka abadi.

Sains: Lagi-lagi kamu memasukkan ilusi ke dalam hidup manusia seakan-akan surga dan neraka itu ada setelah mereka mati. Mereka sangat tahu, bila mereka mau jujur pada dirinya sendiri, bahwa ketika mati tubuh mereka akan hancur dan bersatu dengan tanah. Dengan kesadaran ini, mereka tidak perlu lagi sebuah harapan akan Surga. Mereka akan menjadikan dunia ini sebagai Surga dengan memanfaatkan waktu hidup mereka sebaik-baiknya. Mereka akan berbuat baik terhadap sesama dan lingkungannya, juga menikmati hidupnya saat ini tanpa memusingkan kehidupan setelah kematian. Soal neraka, benarkah mereka takut akan hal itu? Jangan naif wahai Agama! Dunia saat ini telah mengenal sistem peradilan. Mereka tahu bahwa bila mereka berbuat jahat, mereka harus berhadapan dengan peradilan dan sangsinya. Mereka lebih takut akan hal itu daripada ilusi nerakamu. Mereka bukanlah lagi anak-anak yang bisa lagi kamu bodoh-bodohi dengan dongenganmu itu.

Agama: Kamu jangan lupa bahwa dongeng khayalanku ini membuat mereka lebih bahagia, wahai Sains! Sekali lagi, misteri akan apa yang terjadi setelah kematian membuat mereka takut. Mereka tidak mampu hidup dalam ketidakpastian. Oleh karena itu mereka mengharapkan adanya kehidupan setelah kematian.

Sains: Kamu sungguh keras kepala, Agama. Satu-satunya hal yang pasti di dunia ialah ketidakpastian itu. Sainsku justru membantu mereka untuk siap menghadapi ketidakpastian itu. Sainsku bukanlah dogma yang selalu benar dan tidak mungkin salah, sainsku pun mengakui itu dengan rendah hati. Dengan pengakuan dan kerendah hatian itu justru manusia menjadi siap untuk selalu berubah bila ia tahu bahwa pandangannya saat ini tidak lagi relevan setelah ditemukan argumen-argumen baru yang lebih kuat.

Mereka pun siap akan hal yang terjadi di masa depan, meski tidak sesuai harapan mereka. Sebaliknya, doa yang kamu ajarkan itu justru membuat mereka tidak siap menerima kenyataan karena mereka berharap bahwa Tuhan akan mengabulkannya. Saat sesuatu terjadi sesuai dengan harapan doa, mereka menganggap bahwa Tuhan yang mengabulkan. Namun, saat harapan doa mereka tidak terjadi, mereka anggap Tuhan sedang mengujinya. Aku turut prihatin terhadap mereka, karena sebenarnya hal-hal ini hanyalah mengenai probabilitas, hanyalah mengenai kemungkinan yang dapat terjadi secara acak. Doa tidaklah memiliki efek apapun selain sebagai sebuah pembangkit harapan palsu, sebagaimana tipuan kata-kata naif motivator yang begitu indah, namun tidak realistis. Bila salah satu dari mereka sakit dan harus memilih salah satu antara doa atau pergi ke rumah sakit, tentu mereka lebih memilih ke rumah sakit dibanding berdoa.

Apa yang terjadi setelah kematian pun, bukanlah benar-benar sebuah misteri. Kematian jasad manusia justru membawa sebuah kehidupan. Manusia tahu bahwa tubuhnya akan berubah bentuk menjadi tanah setelah mereka mati. Sesuai dengan pola rantai makanan, tanah ini menjadi subur dan berguna bagi pertumbuhan rumput, di mana rumput itu akan digunakan sebagai makanan sapi yang susunya setelah diproses dapat diminum oleh ibu hamil untuk perkembangan janin. Kehidupan baru pun terbentuk, bukan hanya untuk manusia, namun untuk seluruh bagian alam semesta. Manusia itu sendiri pada dasarnya adalah alam semesta. Proses Big Bang sebagai permulaan alam semesta dan evolusi sebagai proses perubahan makhluk hidup justru membantu manusia untuk menyadari bahwa dirinya merupakan alam semesta itu sendiri. Bila manusia merefleksikan hal ini, tentu tidak ada lagi „kematian“ dan „kehidupan“. Apa yang ada hanyalah perubahan bentuk terus menerus dari satu bentuk ke bentuk lain, selayaknya air yang membeku menjadi es batu ataupun menguap menjadi uap air. Proses perubahan bentuk ini terjadi terus menerus, di mana H2O tetaplah berada di situ meski dalam bentuk yang beranekaragam.

Agama kemudian berjalan menuju altar, melakukan ritual menyalakan lilin, berlutut, dan terlihat berdoa dengan mulut komat-kamit.

Agama: Wahai sains, aku telah mendapat wahyu bahwa manusia akan tetap mengikutiku. Kita lihat saja siapa yang lebih berguna untuk manusia, kebohonganku yang terukir indah ataukah kebenaranmu itu.

Sains: Wahyu? Setiap orang bisa mengklaim mendapatkan hal itu, di mana wahyu itu pun dapat saling bertentangan satu sama lain. Lagi-lagi, satu-satunya cara membuktikan kebenaran wahyu ialah melalui metode sainsku yang berlandaskan pada bukti dan argumen logis. Klaim wahyu tanpa bukti sangatlah berbahaya. Bagaimana bila Abraham hidup di zaman ini dan mengaku mendapat wahyu dari Tuhan untuk membunuh anaknya? Bukankah orang-orang tetap akan menghukumnya karena apa yang dia lakukan? Meski anaknya tidak jadi dibunuh, tentu hal ini akan berefek pada psikologis sang anak.

Mengetahui realita sebenarnya yang mungkin terlihat pahit justru lebih membahagiakan dibanding hidup dalam ilusi yang palsu. Aku sebenarnya berharap kamu hentikan produksi hoax mu itu karena kita sama-sama tahu bahwa kamulah, Agama, produsen hoax terbesar di dunia. Kamu bilang bahwa segelintir oknum beragamalah yang jahat, bukan agama itu sendiri, tapi kubilang bahwa kamulah, Agama, yang sebenarnya jahat. Justru kamulah, Agama, yang membuat orang-orang baik berbuat jahat karena mereka masih mempercayai dan melaksanakan moral kitab sucimu yang tidak lagi sesuai rasionalitas zamannya. Otak mereka pun menjadi tidak lagi kritis karena “percaya dan terima saja” menjadi slogan yang kamu gembar-gemborkan selama ini.

Agama: Berani-beraninya kamu menghina agama yang suci! Pergi kamu orang kafir!

Sains: Inilah yang kutakutkan darimu, wahai Agama. Kamu, Agama, seakan-akan memiliki imunitas, di mana orang tidak bisa mengkritikmu karena kamu merasa bahwa dirimu itu suci. Sementara di sisi lain, apa yang kamu lakukan dengan kultur ataupun pandangan lain yang berseberangan? Kamu kritik mereka habis-habisan, seringkali tidak berdasarkan fakta ataupun argumen logis, namun dengan landasan kitab sucimu yang tidak masuk akal. Kamu mengatakan bahwa mereka itu salah dan harus dibasmi, sementara kamu tidak bercermin pada dirimu sendiri. Alangkah lebih baik bila kitab suci diperlakukan sebagaimana karya tulis lainnya yang dapat selalu dikritisi.

Kemudian Agama mendorong Sains untuk keluar dari tempat persinggahannya. Sains pun pamit undur diri dari kediaman Agama dengan harapan bahwa Agama mampu merenungkan diskusi mereka hari ini.

 

Fritz Schröder Ufer 32

26.03.2018

14:38

 

8 thoughts on “Menggugat Agama

      1. Bayi Berasal Dari Desakan.. Setelah Dewasa Mendengar Cerita Big Bang Dongengan Orang Orang Tua.. Hampa Kosong Belaka.. Sedang Kan Sifat Dan Wujud Nya Sendiri Tidak Di Ketahui..?!?

        Like

  1. “Wahai Rasulullah dimana dahulu Rabb kita berada sebelum menciptakan makhluk-Nya?” Beliau menjawab, “Dia berada di ‘amaa, tidak ada di atas dan bawahnya udara, kemudian dia menciptakan Arsy-Nya diatas air”. (HR. Tirmidzi).

    kemudiaan Dia menciptakan Arsy-NYA diatas air yg bermakna memulai penciptaan dari sel-sel sehingga menjadi CiptaanNYA yg dikehendakiNYA, oleh sebab itu ada firman yg berbunyi sbb.
    “Sesungguhnya Rabb kamu Dia-lah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan.” (QS. Yuunus [10] : 3)

    kita ini adalah sel yg tidak terpisahkan dengan alam semesta ini karena saling membutuhkan.
    Bersemayam di atas Arsy bermakna menguasai di atas seluruh ciptaanNYA termasuk makhlukaNYA karena seluruh ciptaanNYA bergantung padaNYA.

    Jadi Arsy itu bukan hanya makhluk saja tetapi seluruh ciptaaNYA TERMASUK ALAM SEMESTA INI SEMUANYA.

    Wassalamualaikum wr.wb,

    ustadz sayyid habib yahya

    Like

      1. Agama itu sebenarnya tidak ada !
        Mengapa?jika ada Tuhan mengapa banyak penderitaan?
        kitab abrahamik mengatakan bahwa adam diciptakan dari tanah dan ini secara ilmu pengetahuan tidak akan masuk diakal.
        kita mengatakan diri kita ini adalah manusia padahal pada awalnya kita ini bukanlah manusia!
        kita memerlukkan unsur bumi agar hidup di muka bumi ini yaitu segala zat yg diperlukan untuk tubuh kita.

        sebelum ”adam”(sosok makhluk) hidup di muka bumi ini ,ada sosok lain juga manusia yg hidup di situ yaitu ”iblis”(sosok makhluk).
        perbedaan antara Adam dan Iblis akan saya jelaskan dibawah ini:
        Surat Al Hijr ayat 26/27.
        Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
        Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.

        Surat Al Baqarah ayat 30.
        Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

        Dari 3 ayat di atas ini sudah jelas siapa sosok ”Adam” itu yg sebenarnya:

        Sebelum sosok ”Adam” dijadikan sudah ada bangsa ”jin” di muka bumi ini yg berkuasa dan beranak pinak tetapi mereka membuat kerusakan dan malaikat pun telah mengetahu problematik ini.

        ayat 27 diatas menjelaskan bahwa ”Adam” adalah juga jenis jin yg bernama Adam, bedanya bahwa Adam jenis jin ini sangat berbeda dari jenis jin sebelumnya yg membuat kerusakan,Adam ini sangat patuh dan bijak oleh sebab itulah mengapa dia dipilih sebagai wakil Allah dimuka bumi ini.

        maksud api yg sangat panas pada ayat 27 ini, menunjukkan sifat emosional pada diri bangsa jin yg tidak terkontrol yaitu iblis (golongannya) beda dengan Adam yg banyak kesabaranya.

        Iblis telah ada duluan sebelum adam di muka bumi ini keduanya adalah manusia cuma Adam adalah pilihan yg terbaik dari bangsa jin.
        Nenek moyang kita ini semuanya adalah awalnya bangsa jin.
        Adam diciptakan dari tanah dan jin (iblis) diciptakan dari api adalah pemikiran yg sangat konyol.
        Tidak kan ada kemajuan apabila masih ada pemikiran dangkal seperti ini.

        ustadz sayyid habib yahya

        Like

  2. Blog bagus brisi critical thinking
    Smpe sini juga nyasar krn necker cube yg jarang dibahas di blog brbhasa indo

    Tp setelah dibaca jd pingin ikut brkomentar , argumen agama disini saya yakin bukan agama yg islam, krn dri sumber kitab saya Al Quran, kami tidak takut beragumen melawan science seperti yg dlakukn Zakir Naik, kami tdk takut berfilsafat seperti Rumi, yg tdk skedar kami hanya mnyerahkan pda jawaban pasrah seperti dogma, dongeng, ilusi, atau pembelaan kosong lainnya, kami muslim selalu punya alasan

    Eitz muslim yg bnr2 muslim, bukan mereka yg menciderai muslim

    Then do they await except that the Hour should come upon them unexpectedly? But already there have come [some of] its indications. Then what good to them, when it has come, will be their remembrance? (47:18)

    Like

Leave a comment